20.11.14

REPUBLIK CANGIK

Halo!

Kemarin malam nonton Teater Koma for the first time >.< Bareng Iin, Jejes, ama Anggit. Sempet terancam ngga jadi, tapi syukurlah takdir berkata lain. Kami berhasil datang tepat (sebelum) waktu pertunjukan! Yayy! Degdegan gitu, penasaran bakal kayak gimana shownya.. since Teater Koma udah berdiri sejak lama banget dan terkenal kritis terhadap politik :3 Nontonnya di Gedung Kesenian Jakarta, dari balkon >.< untuk pertama kalinya juga nih nonton di balkon GKJ, biasanya kan VIP terus.. #ditampol #songong #padahalboong Pas duduk manis di balkon, wah! Ternyata viewnya enak :D pas di tengah pula. Mungkin karena GKJ ngga terlalu besar kali ya, jadi balkon pun tetep bisa menikmati dengan nyaman.




Judul pertunjukannya adalah Republik Cangik. Pertunjukan ini adalah produksi ke-136 Teater Koma. Ngga tahu ada hubungan apa nggak dengan Trilogi Republik-Republik sebelumnya (Republik Togog, Republik Gareng, dan Republik Petruk) karena emang ngga pernah nonton yang sebelum2nya haha :))

Gong berbunyi tiga kali, lampu dimatikan, kageana (eh maksudnya announcer GKJ) bersuara, tandanya show akan segera dimulai. Tidak lama, tirai panggung diangkat :D



Tata panggung dengan nuansa batik megamendungnya menurut gw sih kerennn.. suka dengan detail2 gradasi yang mereka gunakan. Di sisi panggung atas orkestra musik dari Teater Koma bermain mengiringi pemain. Di bawah tentu stage utama, dengan properti tengah berupa 'kursi' yang apalagi kalau bukan menyimbolkan kekuasaan. Beberapa kali tokoh utama pertunjukan, yaitu Cangik, duduk di kursi tersebut. Menandakan dia yang 'berkuasa' di kisah ini. Gini, singkat cerita, Republik Cangik berkisah tentang pemilihan pemimpin (Maharaja) negara Suranesia (Mandura), untuk menggantikan Maharaja yang meninggal. Cangik menjadi 'ketua panitia' yang mengadakan pemilihan tersebut. Namun, walau merupakan panitia, Cangik tidak melewatkan momen pemilihan ini dengan mendaftarkan 'anak buah'nya ke pemilihan Maharaja. Bahkan Cangik menjadikan Limbuk, anak perempuannya, menjadi pasangan untuk 'anak buah'nya tersebut. Tentulah ada maksud di balik itu. Dan ternyata tanpa dibantu Cangik pun, 'anak buah' ini dapat memikat hati para juri dibandingkan kandidat lain. Lalu endingnya? Rahasia :))

Terbukti setelah menonton, memang pertunjukan Teater Koma ini penuh dengan kritik politik. Berbagai nama, perilaku, dan gerak-gerik tokoh menganalogikan tokoh maupun kejadian yang terjadi di pemerintahan Indonesia belakangan ini :3 Seru melihat part-part yang dibuat lucu, satir, dan mengagetkan (gara2 suara tembakan sih tepatnya). Tapi beberapa part di antara durasi yang super panjang ini mungkin membuat sebagian penonton lelah dan mengantuk. Bahkan diantara berempat, cuma gw satu2nya yang ngga ketiduran sepanjang pertunjukan. Haha..

Intinya, gw suka dengan pertunjukan Teater Koma! Ngga nyesel nyempetin buat nonton ini, dan next time mungkin mencoba view yang lebih dekat dengan stage >.< Aamiin..

Oh iya, sebelum pulang, foto-foto dulu dengan beberapa pemain di panggung.. :D


with Betara Narada, rambutnya gimbal beneran >.<
tapi dikasih tambahan juga sih..

with Limbuk. semoga segera menemukan laki-laki impiannya yaa.. haha.


Tengkyu, Teater Koma! Good luck untuk pertunjukan selanjutnya yaaa.. :D

No comments:

Post a Comment

Terima kasih sudah membaca, feel free to leave any comment :)